Politik Dan Kemiskinan Di Indonesia


Politik Dan Kemiskinan Di Indonesia

Maret 6, 2012 at 9:15 am (Uncategorized)
Pendahuluan
Kemiskinan adalah sebuah topik yang dibicarakan hampir diseluruh dunia. kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan.
Pembangunan di Indonesia saat ini telah membawa banyak perubahan dalam berbagai aspek di masyarakat, baik pada kawasan pedesaan maupun perkotaan. Perubahan tersebut membawa dampak tidak hanya terhadap lingkungan fisik, tapi juga sistem nilai dalam tatanan kehidupan sosial bermasyarakat. Namun sayangnya perubahan yang diciptakan oleh pembangunan membawa dampak yang menyertainya sangat mengerikan dan kompleks, karena ternyata telah melahirkan keterbelakangan dan kemiskinan dalam masyarakat.
Identifikasi masalah
 Kemiskinan di indonesia, dampak dari kemiskinan dan upaya pengetasan kemiskinan.
Masalah ini diankat dengan asumsi bahwa nyatanya d zaman globalisasi seprti sekarang ini, kemiskinan di indonesia semakin banyak saja seperti tak kunjung usai. Masalah ini menimbulkan masalah-masalah baru seperti pengangguran, dan kekerasan yang belakangan ini sering terjadi di indonesia dan akhirnya pembangunan ekonomi tidak berjalan lancar.
Alat analisa
 Pembangunan  merupakan  proses  yang  berkesinambungan  yang  mencakup  seluruh  aspek kehidupan  masyarakat, termasuk  aspek sosial, ekonomi, politik dan kultural, dengan tujuan utama meningkatkan kesejahteraan warga bangsa secara keseluruhan. Dalam proses pembangunan tersebut peranan pendidikan amatlah strategis.
John C. Bock, dalam Education and Development: A Conflict Meaning (1992),:
  • memasyarakatkan ideologi dan nilai-nilai sosio-kultural bangsa.
  • mempersiapkan tenaga kerja untuk memerangi kemiskinan, kebodohan, dan mendorong perubahan sosial, dan
  • untuk meratakan kesempatan dan pendapatan. Peran yang pertama merupakan fungsi politik pendidikan dan dua peran artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang lain merupakan fungsi ekonomi.
Berkaitan dengan peranan pendidikan dalam pembangunan nasional muncul dua paradigma yang menjadi kiblat bagi pengambil kebijakan dalam pengembangan kebijakan pendidikan: Paradigma Fungsional dan paradigma Sosialisasi. Paradigma fungsional melihat bahwa keterbelakangan dan kemiskinan dikarenakan masyarakat tidak mempunyai cukup penduduk yang memiliki pengetahuan, kemampuan dan sikap modern. Menurut pengalaman masyarakat di Barat, lembaga pendidikan formal sistem persekolahan merupakan lembaga utama mengembangkan pengetahuan, melatih kemampuan dan keahlian, dan menanamkan sikap modern para individu yang diperlukan dalam proses pembangunan. Bukti-bukti menunjukkan adanya kaitan  yang erat antara pendidikan formal seseorang dan partisipasinya dalam pembangunan. Perkembangan lebih lanjut muncul, tesis Human lnvestmen, yang menyatakan bahwa investasi dalam diri manusia lebih menguntungkan, memiliki economic rate of return yang lebih tinggi dibandingkan dengan investasi dalam bidang fisik.
Sejalan dengan paradigma Fungsional, paradigma Sosialisasi melihat peranan pendidikan dalam pembangunan adalah: a) mengembangkan kompetensi individu, b) kompetensi yang lebih tinggi tersebut diperlukan untuk meningkatkan produktivitas, dan c) secara umum, meningkatkan kemampuan warga masyarakat dan semakin banyaknya warga masyarakat yang memiliki kemampuan akan meningkatkan kehidupan masyarakat secara keseluruhan. Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.
Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna “memadai” di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.
Kemiskinan bisa dikelompokan dalam dua kategori , yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut mengacu pada satu set standard yang konsisten , tidak terpengaruh oleh waktu dan tempat / negara. Sebuah contoh dari pengukuran absolut adalah persentase dari populasi yang makan dibawah jumlah yg cukup menopang kebutuhan tubuh manusia (kira kira 2000-2500 kalori per hari untuk laki laki dewasa). bank dunia mendefinisikan kemiskinan absolut sebagai hidup dg pendapatan dibawah usd $1/hari dan Kemiskinan menengah untuk pendapatan dibawah $2 per hari, dg batasan ini maka diperkiraan pada 2001 1,1 miliar orang didunia mengonsumsi kurang dari $1/hari dan 2,7 miliar orang didunia mengonsumsi kurang dari $2/hari. Proporsi penduduk negara berkembang yang hidup dalam Kemiskinan ekstrem telah turun dari 28% pada 1990 menjadi 21% pada 2001. Melihat pada periode 1981-2001, persentase dari penduduk dunia yang hidup dibawah garis kemiskinan $1 dolar/hari telah berkurang separuh. Tetapi , nilai dari $1 juga mengalami penurunan dalam kurun waktu tersebut.Meskipun kemiskinan yang paling parah terdapat di dunia bekembang, ada bukti tentang kehadiran kemiskinan di setiap region. Di negara-negara maju, kondisi ini menghadirkan kaum tuna wisma yang berkelana ke sana kemari dan daerah pinggiran kota dan ghetoo yang miskin. Kemiskinan dapat dilihat sebagai kondisi kolektif masyarakat miskin, atau kelompok orang-orang miskin, dan dalam pengertian ini keseluruhan negara kadang-kadang dianggap miskin. Untuk menghindari stigma ini, negara-negara ini biasanya disebut sebagai negara berkembang.
Landasan teori
Lingkaran kemiskinan
Lingkaran kemiskinan didefinisikan sebagai suatu rangkaian kekuatan yang saling mempengaruhi satu sama lain sehingga menimbulkan suatu kondisi dimana sebuah negara akan tetap miskin dan akan mengalami banyak kesulitan untuk mencapai tingkat pembangunan yang lebih tinggi.
Konsep lingkaran kemiskinan menganggap bahwa :
  • Ketidak mampuan untuk mengerahkan tabungan yang cukup.
  • Kurangnya faktor pendorong untuk kegiatan penanaman modal
  • Tingkat pendidikan masih rendah, merupakan tiga faktor utama yang menghambat proses pembentukan modal dan pembangunan ekonomi di berbagai negara yang sedang berkembang.

Pembahasan
Kemiskinan di indonesia
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjan.
Masalah kemiskinan adalah masalah yang kompleks dan global. Di indonesia masalah kemiskinan seperti tak kunjung usai. Masih banyak kita dapati para pengemis dan gelandangan berkeliaran tidak hanya di pedesaan bahkan di kota-kota besar seperti jakarta pun pemandangan seperti ini menjadi tontonan setiap hari. Kini di indonesia jerat kemiskinan semakin parah. Kemiskinan bukan semata –mata persoalan ekonomi melainkan kemiskinan kultural dan struktural.
Dmapak kemiskinan
Dampak kemiskinan terhadap masyarakat umumnya begitu banyak dan kompleks, diantaranya:
  1. Penganguran
  2. Kekerasan
  3. Pendidikan
  4. Kesehatan
  5. Upaya pengetasan kemiskinan di indonesia
Seperti telah disinggung di atas bahwa kemiskinan merupakan suatu masalah yang kompleks yang tak terpisahkan dari pembangunan mekanisme sosial, ekonomi dan politik yang berlaku. Ole karena itu setiap upaya pengetasan kemiskinan secara tuntas menuntut peninjauan sampai keakar masalah, jadi, memang tak ada jalan pintas untuk mengetaskan masalah kemiskinan ini. Penanggulanganya tidak bisa secara tergesa-gesa.
Komitmen pemerintah untuk mengetaskan kemiskinan tercantum dalam rencana pembangunan jangka menengah yang disusun berdasarkan strategi nasional penanggulangan kemiskinan(SNPK). Disamping turut menandatangani tujuan pembangunan milenium, dalam RPJM-nya pemerintah telah menyusun tujuan-tujuan pokok dalam mengetaskan kemiskinan. Termasuk target ambisius dalam mengurangi angka kemiskinan.
Ada tiga ciri kemiskinan yang menonjol di indonesia. Pertama, banyak rumah tangga yang berada disekitar garis kemiskinan nasional, yang setara dengan PPPAS$1,55-per hari, sehingga banyak penduduk yang meskipun tidak tergolong miskin tetapi rentan terhadap kemiskinan. Kedua, ukuran kemiskinan didasarkan pada pendapatan sehingga tidak mengambarkan batas kemiskinan yang sebenarnya. Banyak orang yang tidak tergolong miskin dari segi pendapatan dapat dikatagorikan sebagai miskin atas dasar kurangnya akses terhadap pelayanan dasar serta rendahnya indikator-indikator pembangunan pembangunan manusia. Ketiga, mengingat sangat luas dan beragamnya wilayah indonesia, perbedaan antar daerah merupakan ciri mendasar dari kemiskinan di indonesia.
Tiga cara untuk membantu mengankat diri dari kemiskinan adalah melalui pertumbuhan ekonomi, layanan masyarakat dan pengeluaran pemerintah. Masing-masing cara tersebut menangani minimal satu dari tiga ciri utama kemiskinan di indonesia, yaitu: kerentanan, sifat multy dimensi dan keragaman antar daerah .
Dengan kata lain, strategi dari pengentasan yang efektif bagi indonesia terdiri dari tiga komponen:
  1. Membuat pertumbuhan ekonomi bermanfaat bagi rakyat miskin.
  2. Membuat layanan sosial bermanfaat bagi rakyat miskin.
  3. Membuat pengeluaran pemerintah bermanfaat bagi rakyat miskin.
Kesimpulan  
Dapat disimpulkan bahwa kemiskinan merupakan masalah yang kompleks yang memerlukan penangan lintas sektoral, lintas profesional dan lintas lembaga. Departmen sosial merupakan salah satu lembaga pemerintah yang telah lama aktif dalam program pengentasan kemiskinan.
Saran
Indonesia sebagai negara yang kaya akan sumber daya alamnya . saran saya agar pemerintah dan seluruh masyarakat di indonesia mau bekerja sama untuk ikut berperan serta dalam meminimalkan jumlah kemiskinan agar negara kita bisa bangkit dari keterpurukan baik dari krisis ekonomi maupun kemiskinan yang semakin meningkat tiap tahunya, agar negara kita bisa berkembang dan maju serta mensejajarkan dengan negara maju yang sejahtera.
sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Kemiskinan






Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen. Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya. Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara. Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah "pengangguran terselubung" di mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.
Daftar isi
Jenis dan macam pengangguran
Berdasarkan jam kerja
Berdasarkan jam kerja, pengangguran dikelompokkan menjadi 3 macam:
  • Pengangguran Terselubung (Disguised Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena suatu alasan tertentu.
  • Setengah Menganggur (Under Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya tenaga kerja setengah menganggur ini merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam selama seminggu.
  • Pengangguran Terbuka (Open Unemployment) adalah tenaga kerja yang sungguh-sungguh tidak mempunyai pekerjaan. Pengganguran jenis ini cukup banyak karena memang belum mendapat pekerjaan padahal telah berusaha secara maksimal.
Berdasarkan penyebab terjadinya
Berdasarkan penyebab terjadinya, pengangguran dikelompokkan menjadi 7 macam:
  • Pengangguran friksional (frictional unemployment)
Pengangguran friksional adalah pengangguran yang sifatnya sementara yang disebabkan adanya kendala waktu, informasi dan kondisi geografis antara pelamar kerja dengan pembuka lamaran pekerja tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditentukan pembuka lapangan kerja. Semakin maju suatu perekonomian suatu daerah akan meningkatkan kebutuhan akan sumber daya manusia yang memiliki kualitas yang lebih baik dari sebelumnya.
  • Pengangguran konjungtural (cycle unemployment)
Pengangguran konjungtoral adalah pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan gelombang (naik-turunnya) kehidupan perekonomian/siklus ekonomi.
  • Pengangguran struktural (structural unemployment)
Pengangguran struktural adalah pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan struktur ekonomi dan corak ekonomi dalam jangka panjang. Pengangguran struktural bisa diakibatkan oleh beberapa kemungkinan, seperti:
  1. Akibat permintaan berkurang
  2. Akibat kemajuan dan pengguanaan teknologi
  3. Akibat kebijakan pemerintah
  • Pengangguran musiman (seasonal Unemployment)
Pengangguran musiman adalah keadaan menganggur karena adanya fluktuasi kegiaan ekonomi jangka pendek yang menyebabkan seseorang harus nganggur. Contohnya seperti petani yang menanti musim tanam, pedagang durian yang menanti musim durian.
  • Pengangguran siklikal
Pengangguran siklikal adalah pengangguran yang menganggur akibat imbas naik turun siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada penawaran kerja.
  • Pengangguran teknologi
Pengangguran teknologi adalah pengangguran yang terjadi akibat perubahan atau penggantian tenaga manusia menjadi tenaga mesin-mesin.
  • Pengangguran siklus
Pengangguran siklus adalah pengangguran yang diakibatkan oleh menurunnya kegiatan perekonomian karena terjadi resesi. Pengangguran siklus disebabkan oleh kurangnya permintaan masyarakat (aggrerate demand).
Penyebab Pengangguran
Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen.
Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya.
Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik, keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara.
Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah "pengangguran terselubung" di mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.
Akibat pengangguran
Bagi perekonomian negara
  1. Penurunan pendapatan perkapita.
  2. Penurunan pendapatan pemerintah yang berasal dari sektor pajak.
  3. Meningkatnya biaya sosial yang harus dikeluarkan oleh pemerintah.
Bagi masyarakat
  1. Pengangguran merupakan beban psikologis dan psikis.
  2. Pengangguran dapat menghilangkan keterampilan, karena tidak digunakan apabila tidak bekerja.
  3. Pengangguran akan menimbulkan ketidakstabilan sosial dan politik.




Peringkat negara berdasar tingkat pengangguran
Description: !Artikel utama untuk bagian ini adalah: Daftar negara menurut tingkat pengangguran
Description: Tingkat pengangguran di dunia, semakin biru semakin bagus
Ranking
berdasarkan
entitas
Entitas
Tingkat
pengangguran
(%)
Sumber / tanggal dari
informasi
1
0.00
perkiraan 1996.
2
0.00
2005
3
0.00

4
0.90
Maret 2006 est.
5
1.20
perkiraan 2006 .
6
1.30
perkiraan 2006 .
7
1.30
September 2002
8
1.50
perkiraan Desember 2006
9
1.60
2005
10
1.70
1999
11
1.90
perkiraan 2006 .
12
2.00
perkiraan 2001 .
13
2.00
perkiraan 1992.
14
2.00
perkiraan 2006.
15
2.00
2004
16
2.10
perkiraan 2004.
17
2.10
perkiraan 2006.
18
2.10
2006
19
2.20
perkiraan 2006.
20
2.20
perkiraan 2004.
21
2.40
2001
22
2.40
perkiraan 2005.
23
2.50
perkiraan 2006.
24
2.50
2004
25
2.50
perkiraan 2000.
26
2.70
perkiraan 2006.
27
2.70
2006
28
2.90
perkiraan 2006.
29
3.00
2006
30
3.20
perkiraan 2005.
31
3.20
perkiraan 2006.
32
3.20
perkiraan 2006.
33
3.30
perkiraan Desember 2006 .
34
3.30
2005
35
3.30
perkiraan 2006.
36
3.50
perkiraan 2006.
37
3.50
perkiraan 2006.
38
3.60
1997
39
3.70
perkiraan 2006.
40
3.80
perkiraan 2006.
41
3.80
perkiraan 2006.
42
3.80
perkiraan 2006.
43
3.80
2004
44
3.90
2001
45
3.90
perkiraan 2006.
46
4.00
2006
47
4.10
perkiraan 2006.
48
4.10
2005
49
4.10
perkiraan 2006.
50
4.20
2005
51
4.20
perkiraan 2005.
52
4.30
perkiraan 2006.
53
4.40
2004
54
4.50
2006
55
4.50
1997
56
4.80
perkiraan 2006.
57
4.90
perkiraan 2006.
58
4.90
perkiraan 2006.
59
4.90
perkiraan 2006.
60
5.30
perkiraan 2006.
61
5.50

62
5.50
perkiraan 2006.
63
5.60

64
5.60
perkiraan 2006.
65
5.80
perkiraan 2006.
66
6.00
perkiraan 2006.
67
6.00
perkiraan 1998.
68
6.10
perkiraan 2006.
69
6.20
2004
70
6.40
perkiraan 2006.
71
6.50
perkiraan Desember 2006.
72
6.50
perkiraan 2006.
73
6.60
perkiraan 2006.
74
6.60
perkiraan 2006.
75
6.80
perkiraan 2006.
76
6.80
perkiraan 2005.
77
6.90
perkiraan 2005 .
78
7.00
perkiraan 2006.
79
7.00
perkiraan 2006.
80
7.10
perkiraan 2006.
81
7.20
perkiraan 2006.
82
7.30
perkiraan 2005.
83
7.40
perkiraan November 2006.
84
7.40
perkiraan 2006.
85
7.40
perkiraan 2006 .
86
7.60
perkiraan 2006.
87
7.60
perkiraan 2006
88
7.60
perkiraan Januari 2007.
89
7.60
1999
90
7.70
perkiraan 2006 .
91
7.80
perkiraan 2006 .
92
7.80
perkiraan 2006 .
93
7.80
2006
94
7.90
perkiraan 2006.
95
8.00
2002
96
8.00
perkiraan 2001 .
97
8.10
perkiraan 2006.
98
8.10
perkiraan Oktober 2006.
99
8.40
perkiraan 2006 .
8.50
perkiraan 2006 .
100
8.70
perkiraan Desember 2006 .
101
8.80
perkiraan 2006.
102
8.90
perkiraan October 2006 .
103
9.20
perkiraan 2006 .
104
9.30
perkiraan 2005 .
105
9.40
2006
106
9.40
perkiraan 2005.
107
9.40
perkiraan 2006 .
108
9.50
2004
109
9.60
perkiraan 2006 .
110
9.60
perkiraan 2006 .
111
9.60
perkiraan 2006 .
112
10.00
perkiraan 1997.
113
10.20
perkiraan kuarter ke 3, 2006 .
114
10.20
perkiraan 2006.
115
10.20
perkiraan 2006.
116
10.20
perkiraan 2006.
117
10.20
perkiraan 2005 .
118
10.30
perkiraan 2006.
119
10.30
1999
120
10.60
perkiraan 2006.
121
10.70
perkiraan 2003 .
122
10.80
perkiraan 2006.
123
11.00
perkiraan 2001 .
124
11.10
perkiraan 2006.
125
11.30
perkiraan 2006 .
126
11.40
perkiraan 2002 .
127
11.70
2005
128
12.00
2001
129
12.00
perkiraan 2004.
130
12.00
2002
131
12.50
2000
132
12.50
perkiraan 2005 .
133
12.50
perkiraan 2006 .
134
12.60
perkiraan 2004.
135
13.00
1998
136
13.00
perkiraan 2004 .
137
13.00
perkiraan Tahun anggaran 03/04 .
138
13.10
2005
139
13.80
perkiraan September 2006 .
140
13.90
perkiraan 2006 .
141
14.00
perkiraan 1998.
142
14.60
perkiraan 2001.
143
14.90
perkiraan November 2006.
144
15.00
perkiraan 2005 .
145
15.00
perkiraan 2004 .
146
15.00
perkiraan 2007 .
147
15.00
perkiraan 2001.
148
15.20
2003
149
15.40
perkiraan 2006 .
150
15.70
perkiraan 2006.
151
16.00
perkiraan 2006.
152
17.00
perkiraan 2002.
153
17.10
2004
154
17.20
perkiraan 2006 .
155
18.00
perkiraan 2004.
156
18.70
perkiraan 2002 .
157
20.00
perkiraan 1996 .
158
20.00
perkiraan 1997.
159
20.00
perkiraan 2006.
160
20.00
perkiraan 2003.
161
20.00
perkiraan 2004.
162
20.30
2005
163
20.30
2005
164
21.00
perkiraan 2000.
165
21.00
perkiraan 1997.
166
21.00
perkiraan 1997.
167
22.00
perkiraan 2000.
168
23.00
perkiraan 2000
169
23.80
2004
170
25.00
perkiraan 2005 .
171
25.40
2005
172
25.50
perkiraan 2006.
173
27.70
2005
174
27.90
perkiraan 2006.
175
29.80
2005
176
30.00
perkiraan 2001.
177
30.00
perkiraan 1998 .
178
30.00
perkiraan 2004 .
30.00
perkiraan 2006.
179
30.90
perkiraan 2000.
180
31.60
perkiraan 2005 .
181
35.00
perkiraan 2003.
182
36.00
perkiraan September 2006 .
183
40.00
perkiraan 2005 .
184
40.00
perkiraan 2006.
185
40.00
perkiraan 2001.
186
42.00
perkiraan 2004 .
187
45.00
2002
188
45.50
perkiraan 31 Desember 2004 .
189
48.00
perkiraan 2001 .
190
50.00
perkiraan 2004 .
191
50.00
perkiraan 2000.
192
50.00
perkiraan 2001
193
60.00
perkiraan 2000
194
60.00
perkiraan 2004
195
80.00
perkiraan 2005
196
85.00
perkiraan 2003
197
90.00
perkiraan 2004
Kebijakan-Kebijakan Pengangguran
Adanya bermacam-macam pengangguran membutuh-kan cara-cara mengatasinya yang disesuaikan dengan jenis pengangguran yang terjadi, yaitu sebagai berikut.
Cara Mengatasi Pengangguran Struktural
Untuk mengatasi pengangguran jenis ini, cara yang digunakan adalah :
  • Peningkatan mobilitas modal dan tenaga kerja.
  • Segera memindahkan kelebihan tenaga kerja dari tempat dan sector yang kelebihan ke tempat dan sektor ekonomi yang kekurangan.
  • Mengadakan pelatihan tenaga kerja untuk mengisi formasi kesempatan (lowongan) kerja yang kosong, dan
  • Segera mendirikan industri padat karya di wilayah yang mengalami pengangguran.
Cara Mengatasi Pengangguran Friksional
Untuk mengatasi pengangguran secara umum antara lain dapat digunakan cara-cara sebagai berikut.
  • Perluasan kesempatan kerja dengan cara mendirikan industri-industri baru, terutama yang bersifat padat karya.
  • Deregulasi dan debirokratisasi di berbagai bidang industri untuk merangsang timbulnya investasi baru.
  • Menggalakkan pengembangan sektor informal, seperti home industry.
  • Menggalakkan program transmigrasi untuk menyerap tenaga kerja di sektor agraris dan sektor formal lainnya.
  • Pembukaan proyek-proyek umum oleh pemerintah, seperti pembangunan jembatan, jalan raya, PLTU, PLTA, dan lain-lain sehingga bisa menyerap tenaga kerja secara langsung maupun untuk merangsang investasi baru dari kalangan swasta.
Cara Mengatasi Pengangguran Musiman
Jenis pengangguran ini bisa diatasi dengan cara sebagai berikut.
  • Pemberian informasi yang cepat jika ada lowongan kerja di sektor lain, dan
  • Melakukan pelatihan di bidang keterampilan lain untuk memanfaatkan waktu ketika menunggu musim tertentu.
Cara Mengatasi Pengangguran Siklis
Untuk mengatasi pengangguran jenis ini antara lain dapat digunakan cara-cara sebagai berikut.
  • Mengarahkan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa, dan
  • Meningkatkan daya beli masyarakat.[1]
http://id.wikipedia.org/wiki/Pengangguran

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MULTIMEDIA DATABASE

Pelapisan Sosial dan Kesamaan Derajat

Sistem Informasi Manajemen PT LG